Judul: Nayla
ISBN: 9789792289923
Penulis: Djenar Maesa Ayu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Terbit: 15 November 2012
Jumlah
halaman: 188
Rate: 3/5
Sinopsis
Nayla terlahir dalam keluarga besar yang awalnya harmonis,
sebelum akhirnya sang ayah—yang seorang penulis terkenal—memutuskan untuk kawin
lagi dengan perempuan muda, meninggalkan Nayla dan Ibunya. Ibu Nayla berjuang
menghidupi Nayla dalam gelimang harta dari berbagai jenis manusia. Ibunya bekerja
sebagai pelacur kelas tinggi.
Nayla yang depresi, takut sosok Ibu yang mendidiknya dengan keras dan tidak manusiawi. Nayla sudah menerima berbagai macam pelecehan sejak kecil, akhirnya harus berlari dari zona nyaman yang tak aman, menjadi seorang berandal jalanan. Hidup di jalan lebih menguatkan dirinya.
Nayla yang depresi, takut sosok Ibu yang mendidiknya dengan keras dan tidak manusiawi. Nayla sudah menerima berbagai macam pelecehan sejak kecil, akhirnya harus berlari dari zona nyaman yang tak aman, menjadi seorang berandal jalanan. Hidup di jalan lebih menguatkan dirinya.
Review
Nayla adalah buku pertama dari Djenar Maesa Ayu yang saya
baca. Sebelumnya saya sering membaca cerpen-cerpen Djanar di Koran, maka tidak
heran jika saya ‘sedikit’ terbiasa dengan kevulgaran bahasa Djenar. Tema yang
diangkat dalam buku ini ialah LGBT dan seksualitas, tema yang sebenarnya saha
hindari. Tapi buku ini seolah menantang saya untuk membaca sampai selesai.
Membaca buku ini, kita seolah membaca kronologi hidup Nayla
dari saat kecilnya hingga dewasa. Nayla yang dididik keras oleh ibunya,
diperkosa oleh pacar ibunya, dituduh memakai narkoba dan dimasukkan ke rehab,
kabur dari tempat rehab lalu kerja di diskotek, menjadi lesbian, menjadi
seorang yang keras hati, egois dan tidak punya rasa percaya pada sesiapa malah
juga dalam hal cinta sekalipun.
Novel ini mengkritik hubungan Nayla-Ibunya yang menurut saya
menggambarkan hubungan antar orang tua dan anak yang menyalahartikan kasih
sayang dan sebaliknya, orang tua yang memberi kasih sayang dengan cara memanjakan
degan harta padahal yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang.
Saya cukup menikmati novel ini, apalagi saat Nayla memberikan
asumsi tentang budaya virginitas di Indonesia. Tegas dan berani.
Namun, ada suatu hal yang membingungkan. Tidak adanya kejelasan
tentang apa yang terjadi pada Nayla yang
notabene-nya sempat tidak sekolah
saat keluar dari tempat rehab dan jadi juru lampu diskotek. Tapi, tiba-tiba
Nayla menulis menulis untuk majalah kampus di umur 25 tahun. Karena tulisannya
di majalah kampus ia menjadi penulis terkenal. Entah kenapa saya merasa
sepertinya ada cerita yang terputus. Nayla kan tidak punya siapa-siapa dan
miskin, lalu tiba-tiba menjadi orang hebat. Seakan cerita meloncat sangat jauh.
Buku
ini cukup recommended bagi yang ingin mencari sesuatu yang baru baru dalam
sebuah keluarga broken home, pergaulan yang salah dan pencarian jati diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar