Judul : Kitchen
Penulis : Banana Yoshimoto
Penerjemah
: Dewi Anggraeni
Tebal halaman : 204 hlm
Tahun terbit : April 2009
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia) (pertama terbit 1988)
ISBN : 13978979910173
Ada dua
cerita dalam buku ini, yang satu “Kitchen” dan yang satu lagi
“Moonlight Shadow”. Dua-duanya memiliki tema yang sama, yaitu tentang
orang-orang yang mengalami kehilangan.
“Kitchen” menceritakan tentang Mikage Sakurai, yang hidupnya sebatang
kara, orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. Ia lalu tinggal dengan
neneknya. Namun remaja, neneknya pun meninggal dunia. Mikage merasa ia
sebatang kara dan hanya dapurlah tempat yang membuatnya nyaman. Dan setelah
neneknya meninggal ia tidur di dapur.
Suatu ketika Mikage berkenalan dengan Tanabe Yuici—pemuda
yang bekerja di toko bungga, yang sering didatangi neneknya. Tanabe
menginginkan Mikage untuk tiggal bersama dengannya dan ibunya. Dan, Mikage
menyetujui hal itu.
Ia juga berkenalan dengan Eriko Tanabe, ibu Yuichi yang sebenarnya
adalah ayah kandung Yuichi yang memilih jadi transeksual sejak istrinya
meninggal. Kehidupan Mikage pun mulai berubah sejak tinggal bersama mereka berdua.
Namun, Eriko meninggal dunia karena dibunuh seorang pria yang jatuh cinta
padanya dan merasa tertipu saat mengetahui bahwa Eriko sebenarnya adalah Pria.
Sejak itu, hubungan Mikage dan Yuichi menjadi kaku dan saling menjauh. Tapi
kemudian mereka mulai bangkit dari kesedihan dan mulai mencairkan kekakuan
hubungan mereka.
Berbeda Moonlight Shadow adalah cerita yang penuh dengan perasaan cinta
yang meletup-letup. Satsuki, di cerita kedua ini disampaikan dengan lebih
gamblang. Misalnya saja tentang perasaan cinta Satsuki pada Hitoshi—pacarnya
yang meninggal dunia. Pun perasaan adik Hitoshi yang kehilangan kakak dan pacarnya,
disampaikan secara jelas di novel ini. Berbeda dengan Yuichi yang berusaha
untuk tampak tegar dan tidak menampakkan kehilangannya, Hitoshi tanpa
segan-segan mengenakan seragam Yumiko dan mengakui ke Satsuki bahwa ia menangis
setelah memimpikan Yumiko.
Saya, suka buku ini. Cerita di buku ini dalam.
Saya belum pernah merasa kehilangan tapi membaca buku ini saya merasa bagaimana
kekosongan dalam jiwa tokoh-tokohnya.
Bagaimana orang kehilangan memilih pelarian
diluar nalar, seperti Satsuki yang memakai baju perempuan. Namun akhirnya
mereka sadar kalau yang mereka lakukan dan bangkit dari kekangan kesedihan.
makasih reviewnya
BalasHapus