Judul:
Matinya Seorang Penari Telanjang
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
ISBN: 9799341051
Tahun Terbit: 2000
Jumlah Halaman: 261
Penerbit: Galangpress Media Utama
Rate:
3/5
Blurp:
Seorang penari telanjang lulusan Institut Kesenian Jakarta. Seorang pembunuh
yang hafal sajak-sajak Chairil Anwar. Seorang pembunuh lain yang suka menguliti
mayat korban. Mereka bertemu dalam misteri pembunuhan di gang pertigaan.
"Aku memang percaya, setiap orang dari mereka punya alasan untuk
membunuhku. Aku tidak takut mati sebenarnya. Aku hanya heran, kenapa aku yang
disalahkan dalam urusan ini. Kenapa selalu perempuan yang disalahkan?"
"Apakah kamu baru tahu kalau dunia ini milik lelaki? Sampai-sampai
perempuan pun menganggapnya demiian. Coba lihat. Istrinya menyalahkan kamu.
PAcarnya apalagi, juga menyalahkan kamu. Padahal lelaki itu yang bilang mau
kawin sama kamu kan?" Matinya Seorang Penari Telanjang, kisah cinta
segiempat, tentang bagaimana perempuan menjadi korban.
Review
Buku ini
merupakan buku pertama karangan SGA yang saya baca, saya sering membaca karya
SGA di surat kabar dan buku kumpulan cerita pilihan kompas. Nama SGA, sudah
begitu sering kita dengar, apalagi beberapa tahun ini kita pasti menjumpai nama
SGA di cerpen pilihan kompas.
Buku ini
terdiri dari beberapa cerpen. Cerpen Matinya Seorang Penari Telanjang disajikan
dalam 2 versi. Versi film dan versi asli. Saya lebih menikmati versi asli, di
versi asli sosok Sila lebih terasa kelam dan sinis, serta motif-motif yang
melatarbelakangi pembunuhan Sila dijelaskan lebih detail. Untuk versi film
lebih menekankan action dan mengembangkan cerita hingga entah mengapa cerita
tersebut menjadi klise. Cerpen ini meninggalkan pesan bahwa bagaimanapun juga
perempuan selalu menjadi korban laki-laki dan laki-laki tidak mau di salahkan.
Saya tidak
begitu terkesan dengan cerpen ini, saya lebih terkesan dengan cerpen Manusia
Kamar. Cerpen ini bercerita tentang tokoh utama yang menutup diri dengan
masyarakat. Ia tinggal di rumah tanpa pintu dan jendela. Rumah tersebut hanya
terdapat lubang kecil--seperti pintu masuk anjing atau kucing, pintu tersebut
ia gunakan untuk memesan makanan dan segala kebutuhan lainnya.
Beberapa
cerpen di buku ini tidak bisa saya tangkap maksudnya. Seperti cerpen Matinya
Seorang Pemain Sepakbola atau Matinya Seorang Wartawan Ibukota.
Di cerpen
Di Tante W, Katakan, Aku Mendengarnya, dan Selamat Pagi Bagi Seorang
Penganggur. SGA menyinggung tentang rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang kian
hari kian memudar dan kehidupan di ibu kota yang menyiknya.
Kritik yang
ingin penulis sampaikan dibuku ini merupakan suatu nilai plus. Untuk pembaca
yang menyukai buku yang habis dibaca dalam sekali duduk, membaca buku ini
merupakan kesalahan. Karena beberapa cerpen sulit ditangkap maksudnya.