Kamis, 27 November 2014

[Review] Jurnal of Spy Lady - Retha

Judul: Journal of a Spy Lady
Penulis: Retha
Jumlah Halaman: 204
Penerbit: Buana Sastra
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 978-602-249-722-6
Rate: 1/5 

 “Nggak ada yang bisa mengalahkan wanita yang sedang cemburu, mereka lebih hebat dari FBI, lebih kejam dari KGB Rusia, lebih cepat dari densus 88” (hal 20)

Review

 Novel ini menceritakan seorang wanita yang diPHK dari pekerjaannya. Kemudian dengan bantuan teman masa SMA-nya dia membuat pekerjaan baru yaitu menjadi Spy lady. Awalnya Alice tidak mau menjadi Spy lady karena ia merasa tidak bisa dan tidak ingin ikut campur dalam kehidupan asmara orang. Namun karena takut jika suatu hari ia terpaksa pulang ke rumah ibunya karena tidak mempunyai uang tersisa dan dijodohkan dengan anak teman ibunya akhirnya ia menerima tawaran Ben untuk menjadi Spy lady.

Alice membuat kesalahan besar yaitu jatuh cinta terhadap Ben. Siapa yang mengira jika Ben juga memiliki perasaan yang sama terhadap Alice. Namun karena mereka berkomitmen untuk tidak saling jatuh cinta Ben terpaksa harus mengusir Alice dari apartement-nya.

Saya menyukai cara penulis bercerita diksinya tidak menye-menye. Semua mengalir seperti alur ceritanya. Walau saya merasa bagian ending-nya terlalu cepat. Membaca novel ini seperti membaca sebuah buku harian teman lama. Entah mengapa saat membaca saya seperti mengenal sosok Alice, seolah-olah Alice adalah teman lama saya. Kemampuan penulis dalam membuat tokoh yang kuat patut saya acungi jempol.

Secara teknis, masih dapat ditemukan typo, tidak begitu fatal namun cukup menganggu saat membaca. Pada awal membaca saya sedikit terganggu dengan pesan-pesan di akhir cerita, namun saat membaca sampai tengah bagian pesan-pesan singkat di akhir cerita merupakan daya tarik novel ini.

Meskipun saya tidak begitu terkesan dengan novel ini namun novel ini cocok untuk bacaan ringan disaat senggang.

Beberapa kalimat favorit dan saran dalam novel ini:

1. Pengangguran + tidak punya uang + pulang ke rumah orah tua = MIMPI BURUK. (Hal 05)
2. Bagi pengangguran tidak ada bedanya antara Senin dan Minggu. Itu karena pada dasarnya setiap hari hari adalah hari santai, tidak perlu berpikir soal pekerjaan—karena memang tidak mempunyai pekerjaan. (Hal 10)
3. Menunggu adalah hal paling menyebalkan, khususnya menunggu hal-hal yang tak pasti (Hal 16)
4. Nggak ada yang bisa mengalahkan wanita yang sedang cemburu, mereka lebih hebat dari FBI, labih kejam dari KGB Rusia, lebih cepat dari densus 88 (hal 20)
5. Perut kosong saat bekerja hanya akan membuat ide-ide kreatif enggan dating. (Hal 50)
6. Tak ada jaminan antara megahnya sebuah pesta pernikahandengan kebahagiaan dalam perkawinan. (hal 115)
7. Jika kamu terjebak antara laki-laki yang menginginkan hal yang sama, jangan pernah mempermainkan hati mereka. (hal 188)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar