Minggu, 30 November 2014

[Review] The Last 2% - Kim Rang


Judul: The Last 2%
Penulis: Kim Rang
Penerjemah: Sitta Hapsari
Penerbit: Penerbit Haru
Cetakan pertama: Januari 2014
Rate: 3/5
Blurp: Jeongha, si ratu pemenang undian, memang selalu beruntung. Kali ini ia mendapatkan hadiah menginap di Arizona, hotel bintang lima yang sangat terkenal. Sayangnya, keberuntungan sepertinya tidak menyertai wanita ini dalam hal percintaan. Jeongha melihat sendiri pacarnya, Minsu, bermesraan dengan seorang wanita berpakaian merah layaknya cabai!
Saking kesalnya, saat Minsu meneleponnya, Jeongha malah berpura-pura sedang menikmati malam yang menyenangkan di Hotel Arizona bersamapria lain. Saat Jeongha sedang mengeluarkan suara-suaranya yang dipenuhi kenikmatan palsu, pria yang tinggal persis di sebelah kamar Jeongha memergokinya. Alih-alih menertawainya, pria itu justru membantunya memberi pelajaran bagi Minsu. Mencurigakan! Apakah pria itu benar-benar tulus?

"Ketika aku memikirkanmu, napasku sesak, jantungku berdebar. Kuping dan mataku pun tertutup. Aku seperti tak bisa melihat siapa-siapa selain dirimu. Kupingku juga seperti menolak untuk mendengar apa-apa. Lalu senyumku pun terasa aneh. Benar-benar ada yang salah dengan tubuhku." —Seungwoo (hal. 146)

Sinopsis

Eun Jeong Ha, si ratu pemenang undian yang selalu beruntung memenangkan setiap undian yang ia ikuti, hingga 80% barang di apartemant kecilnya adalah hadiah undian. Tak jarang Jeong Ha menjual hadiah undian kepada tetangga apartement sekaligus teman masa kecilnya. Kali Jeongha mendapat undian unruk menginap di Hotel Arizona  Awalnya, ia ingin mengajak Minsu—pacarnya-untuk pergi ke Hotel Arizona bersamanya. Namun, Jeongha mendapati Minsu berselingkuh saat Jeongha diam-diam menjemput Minsu di bandara. Minsu sendiri tidak menyadari kalau Jeongha ada di sana. Akhirnya Jeongha pergi ke hotel sendirian karena semua teman yang ia ajak menginap bersamanya berhalangan.

Tak disangka Min Su menelepon Jeng Ha saat jeongha menginap gratis di Hotel Arizona. Min Su menanyakan jadi atau tidak Jeong Ha mengajak Min Su untuk menginap bersamanya. Jeong Ha yang benar-benar kesal terhadap Min Su karena kejadian di bandara Jeong Ha berbohong jika saat ini ia tengah menginap bersama pria lain. Untuk meyakinkan Min Su jika ia tangah bersama pria ia mengeluarkan suara-suara aneh seolah-olah ia sedang bersenang-senang dengan pria khayalannya. Karena kesal minus menutup telepon-nya.

Tanpa Jeong Ha sadari peristiwa memalukan itu disaksikan oleh pria yang menginap di sebelah kamarnya. Seongwoo yang melihat Jeongha malah tertarik dengan gadis itu. Alih-alih menganggap Jeongha aneh, ia malah membantu Jeongha membalaskan dendamnya pada Minsu. Jeongha tidak bisa menolak pesona Seongwoo yang telah membantunya memberi pelajaran bagi Minsu.

Review

Ceritanya sungguh manis ala drama korea. Setiap tokoh sangat berkarakter. Walaupun novel ini novel dewasa, tapi tidak ada yang terlalu vulgar dalam novel ini. Terjemahannya tidak begitu mengecewakan. Saya menyukai alur-nya yang mengalir begitu saja. Namun saya tidak memiliki feel dengan mereka. Entah mengapa saya lebih menyukai Jeong Ha bersama Kang Ho.

Membaca novel ini, benar-benar terasa seperti sedang menonton drama-nya sendiri, drama khas Korea tentunya. Untuk yang menyukai membaca novel korea saya merekomendasikan novel ini untuk dbaca. Jalan ceritanya bagus. Novel ini tidak melulu soal percintaan di dalamnya namun juga ada humor dan nasihat-nasihat di dalammya.

Beberapa kalimat favorit dan nasehat dalam novel ini
1.     "Ketika aku memikirkanmu, napasku sesak, jantungku berdebar. Kuping dan mataku pun tertutup. Aku seperti tak bisa melihat siapa-siapa selain dirimu. Kupingku juga seperti menolak untuk mendengar apa-apa. Lalu senyumku pun terasa aneh. Benar-benar ada yang salah dengan tubuhku." —Seungwoo (hal. 146)

2.      "Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Ada orang-orang yang mendapatkan kesuksesannya dengan cepat, ada juga yang terlambat. Kau tidak perlu memikirkan kenapa teman-temanmu lebih cepat berhasil dibandingkan dirimu. Semua ada waktunya. Kau tinggal menunggu saja kapan waktu itu akan datang untukmu." (hal. 201)


3.      “Masing-masing manusia berusaha menjalani hidup mereka dengan baik, dengan cara mereka sendiri-sendiri. Kalau ada temanmu yang berhasil tentu saja kau harus memberikan ucapan selamat mereka, karena di saat itu, tanpa kau sadari, kau pun membawa keyakinan kalau suatu saat nanti akan ada waktu yang tepat untuk keberhasilanmu sendiri” (hal. 202)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar