Sabtu, 16 Mei 2015

[Review] Wedding Rush - Jenny Thalia Faurine


Judul: Wedding Rush
Penulis: Jenny Thalia Faurine
Penerbit: Alex Media
Tahun Terbit: April 2015
Jumlah Halaman: 328
ISBN: 978-602-02-6349-6
Rate: 4/5

Blurp: Padma memutuskan meninggalkan tiga orang sahabatnya—Rajata, Resita dan Daka—setelah akhirnya mengetahui kalau perasaannyapada Rejata tidak terbalas. Rajata memilih Resita. Setelah dua tahun Akhirnya Padmamemutuskan untuk kembali saat pernikahan Rajata dan Resita. Daka dengan setia mendampingi Padma untuk memperbaiki hubungan persahabatan mereka yang sempat renggang. Soa Daka agar Padma segera mendapatkan seseorangyang membantu menyembuhkan patah hatinya ternyata terkabul. Riko hadir di waktu yang tepat, membuat Padma move on dan berhasil mengikatnya dengan petunangan. Namun … semua terasa tidak benar saat Padma dan Riko memutuskan untuk menikah.


Review

Sepertinya blurp di belakang novel ini cukup menjelaskan bagaimana arah dari jalan cerita ini, jadi saya tidak perlu menceritakan secara detail yang berujung sploiler.

Ini adalah novel pertama dari Jenny yang saya baca. Novel ini bercerita tentang tumbuhnya cinta diantara persahabatan dan bagaimana cara mereka agar persahabatan yang mereka jalin selama 9 tahun tetap terjalin.

Karena tak ada namanya bekas sahabat selama apa pun kita mengnal mereka. Sahabat tetaplah sahabat. (h. 37)

Cinta bisa datang dengan sangat cepat namun sangat lama untuk membuat perasaan itu pergi dari hatinya. (h. 41)

Tema yang diangkat penulis merupakan tema yang biasa- biasa saja, tapi penulis menceritakan dengan sangat rapi, bahkan detail-detail kecilpun ditulis dengan rapi. Dari halaman pertama saya membaca, hingga halaman terakhir saya tidak menemukan kesalahan dalam penulisannya. Penulis berhasil membuat cerita dengan ide biasa, namun membawakannya dengan luar biasa.

Cerita ini membawa pembaca untuk berfikir dahulu sebelum bertindak dan meredam emosi, tanpa menghilangkan kesan romance. Contohnya saat kejadian Daka yang tidak marah terhadap Padma yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar selama 2 tahun, padahal Dakalah pihak yang paling menderita atas kepergian Padma. Kejadian saat Padma membaca surat yang Rejata tulis untuk Resita saat ulang tahunnya, Padma hanya diam—pura-pura tidak mengerti apa-apa—padahal ia menyimpan rasa sakitnya sendiri. Juga saad Riko yang masuk ke dalam kamar Daka dan Rejata saat liburan di Anyer dan menjumpai Daka dan Padma—tunangannya—tidur bersama Daka.

Saya menyukai cara penulis yang menyelipkan sebuag quotes untuk mewakili isi setiap bab. Ini manis sekali, sangat terasa chiklitnya.

Untuk tokoh, semua tokoh dinovel ini memiliki keunikan masing-masing. Daka dengan ketakutan akan gen yang sama dengan ayahnya, Riko dengan moto "I get what I see"Resita dengan tingkat kepedean yang tinggi memakai lipstick warna-warni sesuai mood-nya. Padma dengansifat yang tegas mandiri tapi sebenarnya butuh tempat bersandar. Bahkan tokoh pembantupun memiliki keunikan sendiri.

Namun, saat membaca di bab-bab awal saya mencari alas an mengapa Rajata memilih Resita daripada Padma, Padahal jika dilihat-lihat dari darasi yang dibawakan oleh penulis Padma adalay istri dan menantu idaman. Tapi mengapa Rajata memilih Resita, wanita dengan tingkat kepedean luar biasa yang memakai lipstick sesuai moodnya? Saya mencari alasan ini tapi sambai halaman terakhir saya tidak menuemukannya.

Terakhir, saya iri saat membaca halaman tentang penulis. Ternyata penulis lahir pada tahun yang sama seperti saya namun sudah menetaskan(?) 10 novel. Adakah yang lebih luar biasa dari ini?

Membaca novel ini saya jadi tahu bagaimana susahnya mengurus persiapan pernikahan, apalagi calon suami tidak bisa menemani karena sibuk dengan pekerjaanya di luar negeri. Novel ini recommended untuk yang menyukai kisah romance tapi tidak menye-menye, malah menjadi lebih dewasa saat membacanya.

Move on itu kayak ngopi untuk pertama kali—dan langsung minun double espresso. Awalnya pasti nggak suka sama pahitnya. Malah bisa jadi lo sakit perut. Tapi ketika lo udah terbiasa, maka lo akan menikmati setiap prosesnya. (h.90)


Move on emang bukan masalah nemuinpengantinya, tapi mungkin dengan ada penggantinya bisa bikin lo mikirin langkah untuk ke depan, bukan untuk nengok kebelakang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar