Senin, 09 Februari 2015

[Review] Burlian, Serial Anak Mamak - Tere Liye

Judul buku: Burlian
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Jumlah Halaman: 343 halaman
Cetakan pertama: November 2009
Rate: 4/5
Blurp: Kau, sejak dilahirkan memang sudah berbeda, Burlian, Special!
            Waktu melesat bagai peluru. Akhirnya aku mengerti kini, itulah cara terbaik Bapak dan Mamak menumbuhkan keyakinandan rasa percaya diriku. Sejak kecil selalu di bilang aku special agar aku punya pegangan setiap kali terbentur masalah.
            Aku ingat Bapak dan Mamak selalu bilang  “Kau anak yang kuat, Amelia”. Agar si bungsu Amelia yang sakit-sakitan tumbuh menjadi anak yang kuat. Atau bilang kalimat “Kau anak pemberani, Eli”.  Maka jadilah Ayuk Eli seorang pemberaniatas banyak hal. Sedangkan pada Kak Pukat, Bapak dan Mamak selalu bilang, “Kau anak yang pintar”. Dan kini jadilah Kak Pukat seorang peneliti hebat, sepintar kalimat yang selalu ia dengar sejak kecil.



Sinopsis

Burlian, Si anak Spesial yang Percaya Diri adalah anak kedua dari empat bersaudara. Memiliki dua kakak bernama Eliana dan Pukat serta satu adik bernama Amelia. “kau sejak dilahirkan memmang sudah berbeda, Burlian, Special.. (hal 1) Burlian adalah lelaki kecil kebanggaan Mamaknya, selalu dianggap berbeda dan spesial. Lalu apakah makna berbeda dan spesial tersebut membuat kakak dan adiknya cemburu? Tidak, Mamak dan Bapak selalu mengasihi anak-anaknya dengan adil. Sesuai porsinya, kakak dan adiknya pun memiliki kelebihan tersendiri di mata Mamak dan Bapak mereka.

            Burlian, terlahir dari orang tua yang tak tamat Sekolah Rakyat. Membuat Bapak terus menanamkan prinsip pada anak-anaknya betapa pentingnya pendidikan. Untuk mendapatkan biaya sekolah keempat anaknya, Mamak dan Bapak bekerja keras dari pagi hingga petang di kebun demi pendidikan anak-anaknya. Namun begitu, dunia anak-anak tidak akan mengerti dengan hanya dimarahi atau bahkan diberi teori. Burlian, anak kecil yang nakal, tidak suka sekolah dan hobi bolos. Dan untungya ada Si kecil Amelia yang tinggal di rumah, selalu banyak tanya hingga akhirnya tidak bisa menutup mulutnya untuk tidak mengadukan apa-apa pada Mamak dan Bapaknya tentang yang telah dilihatnya seharian. Dan akhirnya dapatlah di Burlian hukuman yang tak pernah ia duga, dizinkan tidak sekolah dan seharian naik turun hutan untuk mencari kayu bakar. Pelajaran penting, bahwa sekolah lebih mudah ketimbang bekerja seharian penuh seperti Mamak dan Bapaknya. Bukan liburan yang ia dapat, yang ada hanya lelah.

Review

            Novel ini juga memiliki cerita yang begitu mengharu-biru. Di mana Burlian masuk di kelas 5 atau 6 SD. Pada hari Senin ketika baru saja selesai menunaikan upacara bendera secara tiba-tiba bangunan sekolahnya runtuh. Burlian mengalami ”insiden” tertimpa atap sekolah yang runtuh hingga kepalanya bocor. Dan lebih mengharukan ketika dua teman sekelasnya yang kembar Juni dan Juli meninggal. Hingga akhirnya kabar sekolah runtuh itu pun mengemparkan sampai-sampai di liput oleh TVRI channel televisi—yang ada satu-satunya saat itu. Hal itulah membuat banyak pejabat yang mengunjungi kampung itu. Dan yang paling menohok saat kejadian itu adalah Pak Bin—Guru SD. Ia sangat merasa bersalah terhadap kecelakaanitu—yang menimpa murid-muridnya sekaligus ingin marah terhadap pemerintah yang selama ini tidak memberikan bantuan apapun untuk sekolah itu.

Ada satu bab yang benar-benar menarik hati saya yaitu ketika penulis menceritakan kisah Nakamura-san dengan Keiko-Chan. Saya sangat menyukai alur cerita ini. Melakukan interaksi dengan orang lain yang kita belum tahu orangnya akan tetapi kita merasa dekat itu sangatlah menyenangkan. Dan pertemuan dengan Nakamura-san membawa keberuntungan baginya. Dimana akhirnya Burlian bisa keluar juga dari kampong pelosok di kaki bukit Barisan itu dan mengecap pendidikan sampai ke Tokyo. Disini di ceritakan tentang semangat, tentang impian tentang cita-cita dan harapan. Tentang kasih sayang dan ketulusan.

Juga ada salah satu bab yang membuat saya menangis Ketika bapak bercerita pada Burlian tentang ketulusan cinta mamak padanya. Mamak yang melakukan begitu besar pengorbanan untuk Burlian.

Novel ini mengambil setting Era Orde Baru. Alur cerita novel ini sangat mudah dipahami dengan bahasa yang ringan dan menyenangkan. Novel ini benar-benar membuka mata tentang mendidik dengan tulus. Mencintai tanpa pamrih dan berkorban dengan ilmu.

Pesan yang disampaikan dalam novel ini sangat begitu memotivasi bagi para pembacanya. Bahwa mimpi bukanlah hal (suatu) kesia-siaan belaka apalagi hal yang mustahil untuk diraih. Padahal dengan bermimpilah kita bisa mengatur cita-cita mulia.

Buku ini cocok dibaca oleh anak-anak sampai orang tua. Dari novel ini kita dapat mengetahui asam-manisnya kehidupan dipedalaman desa dan seberapa besar cinta Mamak untuk anak-anaknya. Masa kanak-kanak yang begitu menyenangkan dan indah dikupas tuntas dinovel ini, membuat kita mengingat kembali kenangan masa kanak-kanak dulu.

2 komentar:

  1. Udah beberapa kali niat beli buku yang ini, malah nggak jadi terus. :( Jadinya dapet yang "Pukat" . btw, suka dengan cara ngereviewnya.

    BalasHapus
  2. keren, jadi penasaran sama burlian.. jadi apakah dia saat besar :)

    BalasHapus