Jumat, 14 Agustus 2015

[Review] Kado Spesial—Cerpen Pilihan Kompas 1992

Judul: Kado SpesialCerpen Pilihan Kompas 1992
Penerbit: Buku Kompas
Penulis: Jujur Prananto dkk
Tahun Terbit: Cetakan ke-3 Desember 2000
Tebal Halama: 170


Review

Buku ini terdiri dari 15 cerpen yang pernah dimuat di Harian Kompas Pada Januari 1991 - Desember 1991. Buku ini juga merupakan awal dimulainya tradisi pemilihan cerpen terbaik kompas.  Buku ini ditulis oleh 13 sastrawan lama Indonesia. Jujur Prananto dan Ahmad Tohari menyumbang masing-masih 2 cerpen dibuku ini. Ke-15 cerpen dinuku ini yaitu

01. Jujur Prananto – Kado Istimewa
02. Hudri Hamdi – Petaka Kampar
03. Ahmad Tohari – Penipu Yang Keempat
04. Jujur Prananto – Nurjanah
05. Umar Kayam – Ke Solo, Ke Njati
06. Ratna Indraswari Ibrahim – Perempuan Itu Cantik
07. Santyarini – Mak Dan Ikan Teri
08. Putu Wijaya – Sket
09. B.M. Syamsuddin – Cengkeh Pun Berbunga Di Natuna
10. Abrar Yusra – Burung Ketitiran
11. Harris Effendi Thahar – Ngarai
12. Agus Vrisaba – Randu Alas
13. Yanusa Nugroho – Purnama Dan Ringkik Kuda
14. Edi Haryono – Paing
15. Ahmad Tohari – Mata Yang Enak Dipandang
Cerpen-cerpen dibuku ini sangat menarik. Rata-rata menggambarkan kehidupan kaum menengah ke bawah. Rata-rata cerpen dibuku ini mengangkat tema yang sering kita jumpai dikehidupan sehari-hari, seperti cerpen Ahmad Tohari yang berjudul Penipu Yang Keempat. Saya menyukai cerpen ini. Cerpen ini mengkritik tentang maraknya penipuan yang terjadi dimasyarakat, seperti sumbangan pembangunan masjid yang berkas-berkasnya tidak asli, sumbangan anak yatim-piatu yang dananya ia gunakan sendiri dan lain-lain.

Saya juga menyukai cerpen Kado Istimewa karya Jujur Prananto. Cerpen ini dikemas dengan sangat apik sangat apik, dengan gaya khasnya yang menyajikan twist ending.

Pada awalnya saya ragu untuk membaca buku ini, karena saya merasa cerpen-cerpen dibuku ini mayoritas tidak saya pahami karena topik yang diangkat pada tahun 90-an tentu berbeda dengan sekarang. Tetapi saya salah, membaca buku ini mengingatkan masa kecil saya dahulu, saat ada perempuan cantik berjilbab datang kerumah, memperlihatkan berkas pembangunan masjid sekaligus meminta sumbangan. Perempuan cantik berjilbab seperti ini tidak datang sekali-dua kali, mereka datang terlalu sering.

Saya menikmati membaca buku ini, terasa menyajikan realisme yang ada di kehidupan sosial bangsa.


Diikutsertaan dalam 100 Hari Membaca Sastra Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar