Minggu, 17 Desember 2017

86 - OKKY MADASARI


Judul : 86
Penulis : Okky Madasari
ISBN : 9789792267693
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 252 halaman
Rate: 2/5


Sinopsis
 
Apa yang bisa dibanggakan dari pegawai rendahan di pengadilan? Gaji bulanan, baju seragam, atau uang pensiunan?

Arimbi, juru ketik di pengadilan negeri, menjadi sumber kebanggaan bagi orangtua dan orang-orang di desanya. Generasi dari keluarga petani yang bisa menjadi pegawai negeri. Bekerja memakai seragam tiap hari, setiap bulan mendapat gaji, dan mendapat uang pensiun saat tua nanti.

Arimbi juga menjadi tumpuan harapan, tempat banyak orang menitipkan pesan dan keinginan. Bagi mereka, tak ada yang tak bisa dilakukan oleh pegawai pengadilan.

Dari pegawai lugu yang tak banyak tahu, Arimbi ikut menjadi bagian orang-orang yang tak lagi punya malu. Tak ada yang tak benar kalau sudah dilakukan banyak orang. Tak ada lagi yang harus ditakutkan kalau semua orang sudah menganggap sebagai kewajaran.

Pokoknya, 86!


Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Arimbi, seorang pegawai pengadilan. Arimbi awalnya adalah sosok yang lugu, “bersih”, dan tidak tahu apa-apa. Gajinya yang pas-pasan membuatnya hidup secara pas-pasan juga. Hingga suatu hari ia mendapatkan "hadiah" dari seseorang yang berpekara di pengadilan. Saat itu yang bertugas untuk mengetik surat perkaranya adalah Arimbi. Itulah awal dari Arimbi mulai ternodai dengan praktek korupsi.

Ia mulai menyadari bahwa praktik korupsi itu bukan sesuatu yang salah, tapi adalah hal yang lumrah. Korupsi itu mudah dan menguntungkan. Orang tidak akan menjadi kaya jika tidak korupsi. Sudah jadi rahasia umum semua orang melakukannya di kantornya. Yang penting semua orang yang terlibat mendapat keuntungan. 

Beberapa bagian dari novel ini yang agak datar sehingga terkesan cukup menjemukan, namun pembingkaian cerita yang dilakukan oleh penulis di sini lumayan apik. Ia berhasil membuat pembaca tidak ingin meninggalkan buku ini sebelum selesai membacanya.

Buku ini menjelaskan dengan sejelas jelasnya kondisi negara kita saat ini. Korupsi, suap, dan uang pelicin merupakan hal lumrah, Semuanya dalam sekejap menjadi “86” ketika sudah berhadapan dengan uang. Menyedihkan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar