Jumat, 02 Juni 2017

Kitchen - Banana Yoshimoto

Judul : Kitchen
Penulis : Banana Yoshimoto
Penerjemah : Dewi Anggraeni
Tebal halaman : 204 hlm
Tahun terbit : April 2009
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) (pertama terbit 1988)
ISBN : 13978979910173

Ada dua cerita dalam buku ini, yang satu “Kitchen” dan yang satu lagi “Moonlight Shadow”. Dua-duanya memiliki tema yang sama, yaitu tentang orang-orang yang mengalami kehilangan.
“Kitchen” menceritakan tentang Mikage Sakurai, yang hidupnya sebatang kara, orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. Ia lalu tinggal dengan neneknya. Namun remaja, neneknya pun meninggal dunia. Mikage merasa ia sebatang kara dan hanya dapurlah tempat yang membuatnya nyaman. Dan setelah neneknya meninggal ia tidur di dapur.
Suatu ketika Mikage berkenalan dengan Tanabe Yuici—pemuda yang bekerja di toko bungga, yang sering didatangi neneknya. Tanabe menginginkan Mikage untuk tiggal bersama dengannya dan ibunya. Dan, Mikage menyetujui hal itu.
Ia juga berkenalan dengan Eriko Tanabe, ibu Yuichi yang sebenarnya adalah ayah kandung Yuichi yang memilih jadi transeksual sejak istrinya meninggal. Kehidupan Mikage pun mulai berubah sejak tinggal bersama mereka berdua. Namun, Eriko meninggal dunia karena dibunuh seorang pria yang jatuh cinta padanya dan merasa tertipu saat mengetahui bahwa Eriko sebenarnya adalah Pria. Sejak itu, hubungan Mikage dan Yuichi menjadi kaku dan saling menjauh. Tapi kemudian mereka mulai bangkit dari kesedihan dan mulai mencairkan kekakuan hubungan mereka.
Berbeda Moonlight Shadow adalah cerita yang penuh dengan perasaan cinta yang meletup-letup. Satsuki, di cerita kedua ini disampaikan dengan lebih gamblang. Misalnya saja tentang perasaan cinta Satsuki pada Hitoshi—pacarnya yang meninggal dunia. Pun perasaan adik Hitoshi yang kehilangan kakak dan pacarnya, disampaikan secara jelas di novel ini. Berbeda dengan Yuichi yang berusaha untuk tampak tegar dan tidak menampakkan kehilangannya, Hitoshi tanpa segan-segan mengenakan seragam Yumiko dan mengakui ke Satsuki bahwa ia menangis setelah memimpikan Yumiko.
Saya, suka buku ini. Cerita di buku ini dalam. Saya belum pernah merasa kehilangan tapi membaca buku ini saya merasa bagaimana kekosongan dalam jiwa tokoh-tokohnya.
Bagaimana orang kehilangan memilih pelarian diluar nalar, seperti Satsuki yang memakai baju perempuan. Namun akhirnya mereka sadar kalau yang mereka lakukan dan bangkit dari kekangan kesedihan.




1 komentar: