Selasa, 21 Juli 2015

[Review] 99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa) - Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra

Judul: 99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)
ISBN: 978-602-03-0052-8
Penulis: Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan pertama, Juli 2011
Tebal: 412 halaman
Rate: 1/5
Blurp: Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. "Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum," ungkap Marion akhirnya.
***
Apa yang Anda bayangkan jika mendengar "Eropa"? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin?

Bagi saya, Eropa adalah sejuta misteri


Review

Buku ini bercerita tentang perjalanan Hanum dan Rangga mengelilingi situs peninggalan Islam di Eropa. Dari Wina - Paris - Cordoba - Granada – Istanbul.

Perjalanan Hanum menyusuri jejak Islam di  Eropa bermula dari pertemuan dengan Fatma, seoarang muslim Turki, di kelas kursus bahasa Jerman, di Wina. Perkenalan dengan Fatma inilah yang melatarbelakangi kisah dalam buku ini sebagai sebuah perjalan  Hanum dan Rangga.

Buku ini tergolong buku non fiksi catatan perjalanan, namun saya merasa penulis memaksa memasukkan karyanya dalam kategori non-fiksi. Bagaimana tidak? Beberapa scane dibuku ini drama sekali. Seperti menangis di depan lukisan Kara Mustafa Pasha, menitikkan air mata karena hasrat yang begitu besar untuk sholat di Mezquita yang telah berganti fungsi menjadi gereja, berdebat dengan seorang agnostic tentang konsep tuhan dan masih banyak lagi. Mungkin jika penulis memasukkan buku ini dalam kategori fiksi saya akan menaikkan bintang yang saya berikan.

Di awal-awal halaman saya "mulai tertarik" dengan kisah yang dibawakan penulis. Cukup informatif. Namun, semakin saya membalik halaman kesan informatif sayng saya berikan mulai tergantikan dengan kesan subjektif. Seperti yang saya katakan diawal buku ini membahas tentang sejarah islam di Eropa, tapi dasar yang di gunakan hanya "katanya" dan "asumsi orang". Tidak ada bukti-bukti sejarah, penulis hanya memberikan kronologis tahun di akhir buku yang sama dengan wikipedia, bahkan saya lebih memilih membaca kronologis tahun di buku pelajaran sejarah karena lebih mengasikkan.

Saya bertanya-tanya kenapa buku ini memakai format rata kiri, semua buku yang saya baca memaikai forman rata kiri-kanan. Apa ini kelalaian editor atau memang di sengaja seperti ini? Membaca buku dengan format rata kiri terasa cukup aneh untuk saya, terkesan tidak rapi. 

Ada satu lagi yang membuat saya merasa buku ini begitu drama dan berlebihan 
"ibadah haji adalah perjalanan spesial, hanya orang-orang yang benar-benar "diundang" Allah yang bisa mewujudkannya. (hal. 379). Faktanya orang yang ber-uang yang bisa naik haji, Kata diundang terlalu lebay. 

Namun, selain kekurangan-kekurangan itu novel ini juga memiliki kelebihan. Salah satunya adalah kita sebagai pembaca akan merasakan seolah-olah sedang mengelilingi eropa dengan berbagai model pendeskripsian dari penulis.

Saya merekomendasikan buku ini untuk yang "cukup mengerti". Yaa.. saya takutnya "orang yang tidak cukup mengerti" saat bertemu dengan atheis, mereka malah berkhutbah seperti yang dilakukan penulis.

Diikutsertaan dalam 100 Hari Membaca Sastra Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar