Kamis, 02 April 2015

[Review] Bidadari-bidadari Surga - Tere Liye

Judul Buku: Bidadari-Bidadari Surga
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Tahun Terbit: Cetakan 1, Juni 2008
ISBN: 978-979-1102-26-1
Tebal Buku: 368 halaman
Rate: 4/5
Sinopsis
Laisa, putri sulung Mamak Lanuri, mengerahkan segala kemampuannya untuk membela nasib adik-adiknya, Dalimunthe, Ikanuri, Wibisana, Yashinta. Babak (ayah) mereka telah lama pergi, dimangsa Harimau Gunung Kendeng. Laisa telah lama berhenti sekolah dan bekerja membantu Mamak di ladang mereka. Namun, ia tak mau adik-adiknya mengikuti jejaknya berkutat di ladang.

Dalimunthe, berbakat sebagai penemu, dengan percobaan sederhananya dia berhasil membuat sawah kampung mereka tidak lagi tergantung hujan. Ikanuri dan Wibisana, serupa anak kembar tapi tak kembar, ada-ada saja tingkahnya, bolos sekolah, kabur ke kota kecamatan. Yashinta, yang paling kecil, sangat cinta dengan kehidupan satwa-satwa di alam rimba, memiliki tingkat keingintahuan yang luar biasa tinggi.

Karena keikhlasannya dan perjuangan Kak Lais menyekolahkan adiknya, ketika adik-adiknya sukses dalam hidup masing-masing. Baik Dalimunte, Ikanuri, Wibisana mahupun Yashinta tidak pernah melupakan kakak mereka. Sampai masalah perkahwinan pun mereka berkeras, tak mahu melangkahi kakaknya. Namun Segigih apa pun Laisa kini mungkin sudah tiba di penghujungnya. Dan di saat ini, keempat-empat adiknya dipanggil pulang. Pesanan ringkas yang mendebarkan menyebabkan adik-adiknya bagaikan tak cukup tanah untuk berlari.

Review

Novel ini menggunakan alur kilas balik, agak lompat-lompat bikin emosi teraduk-aduk sempurna dan tidak bosan untuk membuka halaman demi halaman. Tere Liye memang pandai untuk menulis sesuatu yang sederhana diolah menjadi cerita yang amat menyentuh.

Penulis mampu membuat buku ini penuh dengan pesan moral, membuat tersentak—lagi dengan nilai-nilai ikhlas, kesabaran dan pengorbanan hidup, tidak menggurui, religius tapi tak berceramah.

Sungguh suatu kisah yang bisa menjadi motivasi untuk mencapai kesuksesan yang dicapai dengan kerja keras, pengorbanan yang tulus dan rasa bersyukur. Muatan filosofis religiusnya membuat kita mampu menjauhi segala sifat egis.

Epilog buku ini sangat indah, berkisah tentang bidadari surga, untuk wanita yang sentiasa berbuat baik dalam hidupnya.

“Wahai, wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin kerana kekurangan fizikal, tidak ada kesempatan, atau tidak pernah 'terpilih' di dunia yang amat keterlaluan mencintai harta dan penampilan wajah.) Yakinlah, wanita-wanita solehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, bersedekah dan berkongsi, berbuat baik dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari syurga. Dan khabar baik itu pastilah benar, bidadari syurga parasnya cantik luar biasa.”

1 komentar: