Minggu, 26 April 2015

[Review] Morning, Gloria; Destiny of Twilight and the Dawn - Devi Eka


Judul: Morning, Gloria; Destiny of Twilight and the Dawn
Penulis: Devi Eka
Penerbit: deTEENS
Tahun Terbit: April 2014
ISBN: 987-602-255-563-6
Tebal halaman: 310
Rate: 1/5
Blurp: Gloria, ia tak menyukai senja. Baginya, senja hanya akan memadamkan semuaharapannya. Namun, kini seorang lelaki senja hadir dan menelusup ke dalam hatinya.

Avond, seorang lelaki yang mencintai masa lalunya. Segenggam cinta yang tak tersampaikan. Sebongkah rindu yang tak pernah usai. Tapi, itu dulu, sebelum gadis fajar itu muncul di hadapannya.

Kisah gadis fajar dan lelaki senja. Ke mana cinta mereka bermuara? Ataukah mereka akan seperti fajar dan senja yang tak pernah bertemu?

Review

            Sebelumnya terimakasih untuk kak Wardah karena telah memberikan novel ini. Saya memilih novel ini karena saya menyukai senja dan ingin membaca kisah tentang senja.

            Sepertinya, blurp novel ini sudah cukup menjelaskan cerita dari novel ini. jadi, novel ini bercerita tentang Gloria—gadis fajar—yang bertemu dan jatuh cinta kepada Alvond—lelaki senja. 75% novel ini bercerita tentang kencan Gloria dan Alvond dan 25% lagi bercerita tentang bagaimana kegundahan hati Gloria setelah beberapa teka-teki tentang Alvond terkuak.

             Membaca novel ini kita seolah seolah diajak berpetualang di tempat-tempat wisata di Belanda lewat kencan-kencan Gloria dan Alvond. Namun, penulis terlalu bersemangat mendiskripsikan tempat; terkesan berlebihan. Sehingga 3 halaman hanya digunakan mendiskripsikan tempat dan diskripsi itu tidak ada pengaruhnya bagi jalan cerita. Dan disini saya mengerti kenapa novel ini bisa memiliki tebal 310 halaman. Novel ini bersetting di Belanda. Namun saja tidak menemukan Belanda di novel ini—kecuali tempat-tempat wisata.

            Untuk tokoh, Gloria digambarkan sebagai gadis pintar yang memperoleh beasiswa S2 di Universitas Leiden, Belanda. Namun saya tidak menangkap d bagian mana yang membuat Gloria terlihat pintar, menurut saya Gloria hanya sebatas gadis biasa yang selalu memberikan jawaban ketus jika ditanya. Gloria juga terlalu mudah jatuh cinta (Halaman 12 mereka ketemu, halaman 36 mereka saling jatuh cinta) sehinnga saja tidak memiliki fell atas hubungan Gloria dan Alvond.
Untuk gaya bahasa, bahasa yang digunakan terlalu puitis sehingga terkesan lebay dan tidak nyaman saat dibaca. Gaya bahasa puitis ini tidak dipakai pada narasi saja, tapi juga dipakai pada dialog tokoh. Sehingga percakapan yang keluar terkesan lebay.

Saya tidak menikmati membaca novel ini karena selalu saja saat Gloria berada di suatu tempat dan melihat sesuatu, penulis menyelipkan makna kehidupan dari penglihatan Gloria. Jika penyelipan makna kehidupan tersebut hanya satu atau dua tidak masalah namun dinovel ini terlalu banyak, sehinnga terkesan menggurui dan seperti membaca cerita dongeng anak-anak.

Contoh: “Semuanya, bukankah hidup seperti omabak? Ombak yang dinamis.aku akan hanyut bersamanya ketika aku sedang bahagia. Ketika beberapa hal berjalan seperti yang kauinginkan atau ketika ada sekian peristiwa takterduga datang menghangatkanmu, ikutilah saja seperti laju ombak.” (h.34) dan masih banyak lagi makna kehidupan yang terkesan mengurui di novel ini.

Sebenarnya ide novel ini menarik, namun pengemasannya kurang menarik. Meskipun saya tidak begitu memnikmati novel ini, namun novel ini cocok untuk bacaan ringan di saat senggang.

3 komentar:

  1. hmm, sepertinya eksekusi dari idenya nggak terlalu enak ya?
    1 dari 5 bintang...

    BalasHapus
  2. Sepaham sama review-nya :)
    Sayang ya padahal idenya cukup bagus

    BalasHapus