Kamis, 23 April 2015

[Review] Cantik itu Luka - Eka Kurniawan


Judul: Cantik Itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
tahun Terbit: Cetakan Ketiga, Februari 2012
Tebal: 481 hlm
Rate: 5/5
Blurp: Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberinya nama si Cantik.

Review

Cantik Itu Luka, berkisah tentang kehidupan ibu-anak yang memiliki paras cantik. Dewi Ayu, Sang Ibu, dan keempat anaknya, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, Si Cantik. Alamanda, Adinda dan Maya Dewi memiliki bentuk fisik yang memukau, berkat keturunan Belanda dan atau Jepang yang terdapat di gen mereka. Sedangkan Si Cntik memiliki bentuk fisik yang benar-benar jelek. Sayangnya, kehidupan mereka tak seindah penampakannya. Bermula dari kebangkitan Dewi Ayusetelah mati selama lebih dari 20 tahun.

Masa kependudukan Jepang menjadi permulaan beragam musibah dan kesedihan yang melanda kehidupan Dewi Ayu, mulai dari terpaksa menjadi pelacur di rumah Mama Kalong, hingga nasib anak-anaknya yang sama muramnya dengan Ibunya.

Novel ini merupakan sebuah kisah fiksi yang dapat dipadupadankan dengan sebuah sejarah Indonesia, mulai dari perjuangan melawan Jepang, kemudian gerilya melawan Belanda, PKI, Pembuangan eks komunis ke Pulau Buru, hingga pemberantasan preman di Indonesia. Kentara sekali jika penulisan buku ini sudah melalui banyak penelitian.

Penulis sangat pandai mengolah setiap karakter tokoh sehingga setiap karakter dibuku ini memiliki kunikan tersendiri dan selalu berhubungan. Dari Ted dan gundiknya, lalu kisah Maman Gendeng ke Sodancho ke Kamerad Kliwon juga perihal anak-anak Dewi Ayu sendiri malah sehingga ke cucu-cucunya.

Penulis sungguh teliti dan bijak mengemas alur cerita. Awal dan akhir plot yang sangat mengejutkan sekaligus mencengangkan. Gaya berceritanya gamblang tak peduli itu menyangkut urusan seks, peperangan.

Meskipun novel ini dikategorikan novel berat, penulis memberikan selingan-selingan komedi yang sederhana dan jarang terpikirkan, sehingga membaca novel ini sungguh mengasikkan (Sebagai contoh saat Tentara Nasional Indonesia berganti-ganti nama dan membuat jengkel jenderal-jendral yang berada dipedalaman, Atau kabar kemerdekaan indonesia yang telat sampai selama satu bulan di Halimunda sehingga bagi warganHalimunda hari kemerdekaan RI adalah tanggal 23 September, seorang petinggi komunis yang menunggu korannya dating, padahal saat itu terjadi pemberontakan)

Novel ini berlatar Halimunda. Saya nyari di google, namun tidak ketemu tempat yang namanya Halimunda, bahkan saya smpat bertanya pada guru sejarah saya -__-! Sungguh, penulis sudah berhasil menciptakan sebuah kota, dengan cerita, sejarah dan tokoh-tokoh rekaan di dalamnya.

Satu lagi, novel ini merupakan salah satu novel terbaik yang pernah saya baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar